Prabowo Soroti Kepadatan KRL di Jam Sibuk KAI Siapkan Penambahan Gerbong
beritagram.web.id Presiden Prabowo Subianto memanggil Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (KAI) (Persero), Bobby Rasyidin, ke Istana Kepresidenan untuk membahas peningkatan layanan transportasi publik, khususnya KRL Jabodetabek. Dalam pertemuan tersebut, Prabowo menyoroti langsung kondisi KRL yang sering padat di jam-jam sibuk. Ia meminta agar masalah kenyamanan dan keselamatan penumpang segera mendapat solusi konkret dari KAI.
Menurut laporan Bobby, kepadatan penumpang KRL di Jabodetabek sudah mencapai titik kritis pada jam berangkat dan pulang kerja. Dalam periode tersebut, ribuan pengguna transportasi umum harus berdesakan di dalam gerbong. Kondisi ini kerap menimbulkan keluhan dari masyarakat yang menilai fasilitas dan jumlah armada masih belum sebanding dengan tingginya kebutuhan mobilitas warga.
KRL Jabodetabek Masih Jadi Andalan Transportasi Publik
KRL Jabodetabek menjadi tulang punggung transportasi massal di wilayah ibu kota dan sekitarnya. Setiap hari, ratusan ribu orang bergantung pada moda transportasi ini untuk mencapai tempat kerja, sekolah, atau aktivitas harian lainnya. Namun, lonjakan jumlah pengguna dalam beberapa tahun terakhir membuat sistem yang ada tampak kewalahan.
Meskipun pemerintah telah melakukan sejumlah perbaikan, termasuk pembaruan armada dan perpanjangan rute, kapasitas layanan masih terbatas. Dalam kondisi jam sibuk, penumpang harus menunggu beberapa kali kereta sebelum bisa naik. Pemandangan antrean panjang di stasiun-stasiun besar seperti Manggarai, Sudirman, dan Tanah Abang sudah menjadi hal yang lumrah. Situasi inilah yang membuat Presiden Prabowo menaruh perhatian khusus.
Arahan Presiden untuk Meningkatkan Layanan
Dalam pertemuan di Istana, Prabowo menegaskan bahwa transportasi publik adalah elemen penting dalam pembangunan kota yang modern dan berkeadilan. Ia menilai bahwa kemacetan dan ketidaknyamanan di transportasi umum tidak boleh terus dibiarkan. “Rakyat harus bisa bepergian dengan aman, nyaman, dan manusiawi,” ujarnya kepada jajaran direksi KAI.
Prabowo meminta KAI untuk segera mengambil langkah nyata dalam mengurai kepadatan penumpang, termasuk menambah jumlah gerbong dan memperbaiki jadwal operasional. Selain itu, ia juga menekankan pentingnya sinergi antara KAI dan pemerintah daerah agar sistem transportasi terintegrasi antara KRL, LRT, MRT, dan TransJakarta bisa berjalan lebih efisien.
Rencana Penambahan Gerbong dan Armada Baru
Menanggapi arahan tersebut, Bobby Rasyidin menjelaskan bahwa pihaknya sudah menyiapkan langkah strategis untuk menambah jumlah gerbong dan armada baru secara bertahap. KAI saat ini sedang dalam tahap pembahasan dengan pihak terkait mengenai kebutuhan investasi dan penyediaan sarana.
“Presiden ingin layanan KRL tidak hanya cepat, tapi juga nyaman. Karena itu, kami akan menambah gerbong di beberapa lintasan utama seperti Bogor-Jakarta dan Bekasi-Jakarta,” ujar Bobby. Rencana penambahan ini diharapkan dapat meningkatkan kapasitas angkut hingga 20 persen dalam waktu dekat. Selain itu, KAI juga akan melakukan peremajaan pada kereta-kereta lama yang sudah beroperasi lebih dari 20 tahun.
Masalah Infrastruktur dan Keterbatasan Jalur
Salah satu tantangan terbesar dalam penanganan kepadatan KRL adalah keterbatasan jalur rel yang sudah padat. Di beberapa titik, terutama rute Bekasi dan Bogor, satu jalur digunakan untuk berbagai jenis kereta seperti KRL, kereta jarak jauh, dan logistik. Hal ini sering menyebabkan penumpukan dan keterlambatan.
Pemerintah dan KAI sedang mengkaji kemungkinan penambahan jalur ganda serta optimalisasi sinyal dan sistem persinyalan digital untuk mempercepat arus perjalanan. Dengan teknologi baru ini, interval antar kereta dapat dipersingkat tanpa mengurangi aspek keselamatan. Jika berhasil diterapkan, kapasitas pergerakan kereta setiap jam bisa meningkat signifikan.
Integrasi dengan Moda Transportasi Lain
Selain penambahan gerbong, langkah lain yang ditekankan Presiden Prabowo adalah integrasi antarmoda transportasi. Ia menilai bahwa pengguna KRL harus bisa berpindah ke moda lain seperti MRT, LRT, atau bus tanpa mengalami kesulitan. Konsep integrasi ini diharapkan dapat menciptakan ekosistem transportasi yang lebih efisien, mengurangi kemacetan, serta mendorong masyarakat untuk beralih dari kendaraan pribadi ke transportasi umum.
Pemerintah juga sedang menyiapkan kebijakan tarif terintegrasi agar biaya perjalanan dengan berbagai moda bisa lebih terjangkau. Dengan begitu, masyarakat tidak hanya mendapat kenyamanan, tapi juga efisiensi biaya dalam bertransportasi sehari-hari.
Respon Masyarakat dan Harapan ke Depan
Kabar bahwa Presiden menyoroti langsung persoalan KRL disambut positif oleh masyarakat. Banyak penumpang yang berharap perhatian dari kepala negara ini menjadi momentum untuk perbaikan nyata. Di media sosial, sejumlah warganet membagikan keluh kesah mereka mengenai kondisi kereta yang sering penuh sesak, terutama pada jam berangkat dan pulang kerja.
Banyak pula yang memberikan saran, mulai dari pembagian jadwal kerja fleksibel hingga peningkatan kualitas pelayanan di stasiun. Harapan terbesar publik adalah agar pemerintah tidak hanya fokus pada pembangunan infrastruktur baru, tetapi juga perawatan dan peningkatan kualitas layanan transportasi yang sudah ada.
KAI Siap Laksanakan Arahan Presiden
Menutup pertemuan dengan Presiden, Bobby Rasyidin memastikan bahwa KAI akan segera menindaklanjuti arahan yang diberikan. Pihaknya berkomitmen untuk meningkatkan kualitas pelayanan transportasi massal dan menjadikannya tulang punggung mobilitas perkotaan di masa depan.
Ia juga menyebut bahwa penambahan gerbong hanyalah langkah awal dari rencana jangka panjang KAI dalam membangun sistem transportasi publik yang modern, efisien, dan berkelanjutan. Dengan dukungan penuh dari pemerintah, diharapkan transportasi umum di Indonesia, khususnya KRL Jabodetabek, bisa mencapai standar kenyamanan setara dengan negara maju.

Cek Juga Artikel Dari Platform ngobrol.online
