Badru Kepiting, Kreator Disabilitas Hebohkan Aksi DPR

beritagram – Aksi demonstrasi yang digelar di depan Gedung DPR/MPR RI pada Senin (25/8) mendadak ramai diperbincangkan di media sosial, bukan hanya karena jumlah massa yang membludak, tetapi karena kehadiran sosok tak biasa: Badru Kepiting, seorang kreator konten disabilitas yang dikenal dengan gaya nyentrik dan pesan-pesan satirnya.

Badru, yang memiliki keterbatasan fisik sejak lahir, mencuri perhatian ribuan demonstran dengan aksinya yang unik—datang mengenakan topi berbentuk kepiting besar dan membawa papan bertuliskan, “Aku Disabilitas, Bukan Diam Saja!”. Keberaniannya menembus barisan demonstran dan berorasi dengan lantang menjadi simbol perlawanan kaum marjinal yang selama ini kerap terpinggirkan dalam wacana politik nasional.

Dari Media Sosial ke Jalanan

Badru bukan nama asing di dunia maya. Lewat akun media sosialnya yang kini telah memiliki lebih dari 800 ribu pengikut, ia kerap mengunggah video edukatif, kritik sosial, dan sketsa satir tentang aksesibilitas, ketimpangan kebijakan publik, serta kehidupan penyandang disabilitas di Indonesia.

Namun, baru kali ini ia terjun langsung ke lapangan aksi.

“Gue bukan cuma mau dilihat lucu di internet,” kata Badru saat diwawancarai setelah orasinya. “Gue datang ke sini karena banyak disabilitas yang kena dampak langsung dari kebijakan, tapi suaranya nggak pernah kedengeran di DPR.”

Ia juga mengkritik minimnya keterlibatan penyandang disabilitas dalam perumusan kebijakan publik, meski Undang-Undang No. 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas sudah mengamanatkan inklusi di semua aspek pembangunan.

Viral dan Tuai Apresiasi

Cuplikan video saat Badru berorasi di tengah kerumunan demonstran langsung viral. Banyak yang menyebutnya sebagai “ikon aksi damai 2025” dan “suara hati rakyat kecil yang terlupakan”.

“Respect buat Bang Badru. Ini baru aktivis sejati. Fisik mungkin terbatas, tapi pikirannya tajam dan berani,” tulis akun X @mahasiswapeduli.

Tak hanya dari netizen, dukungan juga datang dari beberapa tokoh publik dan organisasi masyarakat sipil. Lembaga Perlindungan Disabilitas Nasional (LPDN) menyebut aksi Badru sebagai momen penting dalam perjuangan hak-hak disabilitas di Indonesia.

“Selama ini banyak aktivis disabilitas yang bersuara, tapi tidak semua punya ruang. Badru membuka mata kita bahwa perjuangan disabilitas itu bukan cuma soal fasilitas, tapi juga soal didengar dan dilibatkan,” ujar Ketua LPDN, Rahma Lestari.

Kritik Pedas tapi Elegan

Orasi Badru saat itu juga memuat kritik tajam terhadap RUU Aksesibilitas yang menurutnya “terlalu normatif dan tidak menyentuh akar persoalan”. Ia menilai bahwa banyak kebijakan yang dibuat seakan-akan inklusif, padahal tidak melibatkan penyandang disabilitas secara langsung dalam proses penyusunannya.

“Jangan bilang inklusif kalau dari awal aja kami nggak diundang rapat. Jangan bilang peduli kalau cuma bikin jalur landai tapi nggak bikin lapangan kerja yang layak,” teriaknya di tengah massa, disambut tepuk tangan dan yel-yel dukungan.

Polisi: “Tidak Ada Penindakan terhadap Badru”

Pihak kepolisian menyatakan bahwa meski aksi unjuk rasa sempat ricuh di beberapa titik, Badru tidak termasuk dalam kelompok yang ditertibkan. “Kami mengetahui kehadiran Saudara Badru dan tidak ada masalah selama ia menyampaikan pendapat dengan damai dan tertib,” kata Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Endra Sulistyo.

Aksi Badru Kepiting hari itu menyisakan kesan mendalam. Ia membuktikan bahwa keterbatasan fisik bukan halangan untuk bersuara dan menjadi bagian dari perubahan. Di tengah riuh demonstrasi dan panasnya tensi politik, hadirnya figur seperti Badru memberi warna baru dalam gerakan sosial: bahwa perjuangan inklusif harus datang dari semua lini — termasuk mereka yang paling sering dilupakan.

You may also like...