Rute Iring-Iringan Jenazah PB XIII dari Kraton Surakarta ke Makam Raja Imogiri
beritagram.web.id Suasana duka menyelimuti Kraton Surakarta Hadiningrat setelah wafatnya Sri Susuhunan Pakoe Boewono XIII (PB XIII). Sejak pagi, suasana di dalam kraton terasa hening dan penuh penghormatan. Sejumlah abdi dalem tampak sibuk menyiapkan prosesi adat yang menjadi bagian penting dari penghormatan terakhir bagi raja Surakarta tersebut.
Warga dari berbagai daerah datang untuk memberikan penghormatan terakhir. Mereka berdiri di sekitar kompleks kraton dengan pakaian hitam dan kepala tertunduk. Momen ini menjadi pengingat betapa besar pengaruh PB XIII bagi masyarakat Jawa, terutama dalam menjaga warisan budaya dan tradisi keraton.
Prosesi Adat Penuh Makna Filosofis
Rangkaian prosesi adat pemakaman PB XIII dilakukan dengan tata cara tradisional yang penuh makna filosofis. Abdi dalem dan keluarga kraton menyiapkan setiap tahapan sesuai pakem upacara adat Mataram.
Prosesi dimulai dari Bangsal Parasiya, tempat jenazah disemayamkan. Di sana, masyarakat diberi kesempatan untuk melayat dan memberikan penghormatan terakhir. Suasana berlangsung khidmat, diiringi lantunan doa dan tembang Jawa yang menggambarkan perjalanan jiwa menuju alam baka.
Makna Simbolik di Balik Rute Iring-Iringan
Rute iring-iringan jenazah PB XIII disusun dengan penuh makna sejarah dan spiritualitas. Iring-iringan dimulai dari Ndalem Karaton, melewati Bangsal Magangan, lalu berlanjut ke Alun-Alun Selatan. Dari sana, rombongan bergerak ke arah Gading Barat dan menyusuri Jalan Slamet Riyadi, jalan utama yang menjadi saksi sejarah panjang Kota Surakarta.
Perjalanan ini bukan sekadar rute fisik, tetapi juga simbol perjalanan jiwa sang raja dari dunia fana menuju keabadian. Setiap tempat yang dilewati memiliki nilai filosofis, menggambarkan hubungan antara kekuasaan, kebudayaan, dan rakyat yang menjadi satu kesatuan dalam pandangan kosmologi Jawa.
Transit di Loji Gandrung Sebelum Berangkat ke Imogiri
Sebelum menuju pemakaman, iring-iringan akan berhenti di Loji Gandrung, rumah dinas Wali Kota Surakarta. Di lokasi ini, jenazah akan disemayamkan sementara untuk persiapan perjalanan selanjutnya. Tradisi ini melambangkan bentuk penghormatan antara pemerintahan modern dan lembaga tradisional Kraton.
Setelah prosesi penghormatan di Loji Gandrung selesai, jenazah akan dipindahkan dari kendaraan khusus kraton, Grada Paralaya, ke ambulans. Pemindahan ini dilakukan dengan penuh kehati-hatian dan disertai doa, sebagai simbol transisi antara kehidupan dunia dan perjalanan akhir menuju tempat peristirahatan.
Menuju Makam Raja-Raja Mataram di Imogiri
Tujuan akhir dari iring-iringan ini adalah Kompleks Pemakaman Raja-Raja Mataram di Imogiri, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kompleks ini dikenal sebagai tempat pemakaman raja dan bangsawan keturunan Mataram, termasuk dari Surakarta dan Yogyakarta.
Imogiri memiliki makna mendalam bagi masyarakat Jawa. Kata “Imogiri” sendiri berarti gunung yang tinggi, menggambarkan tempat suci yang dekat dengan langit dan Tuhan. Pemakaman di lokasi ini menjadi simbol bahwa sang raja telah menyatu kembali dengan leluhur dan Sang Pencipta.
Keterlibatan Abdi Dalem dan Masyarakat
Ratusan abdi dalem turut berpartisipasi dalam prosesi panjang ini. Mereka berjalan tertib dalam barisan, membawa payung kebesaran, bendera, dan pusaka kraton. Setiap langkah dilakukan dengan penuh penghayatan, mencerminkan disiplin dan rasa hormat yang telah diwariskan turun-temurun.
Sementara itu, warga yang berdiri di tepi jalan ikut menundukkan kepala sebagai bentuk penghormatan. Banyak yang meneteskan air mata, merasa kehilangan sosok raja yang dikenal ramah, sederhana, dan dekat dengan rakyatnya. Pemandangan ini memperlihatkan betapa erat hubungan emosional antara kraton dan masyarakat Surakarta.
Ritual dan Simbol Kesakralan
Dalam adat Jawa, prosesi pemakaman seorang raja bukan sekadar penghantaran jasad, tetapi juga ritual spiritual yang sarat simbol. Setiap tahapan memiliki doa dan makna tersendiri. Misalnya, saat kain kafan diganti, abdi dalem membacakan tembang-tembang kuno yang dipercaya membuka jalan menuju kedamaian.
Selain itu, kereta pusaka Grada Paralaya yang digunakan untuk membawa jenazah melambangkan kekuatan dan kebesaran kraton. Warna emas dan hitam di kereta tersebut menandakan keseimbangan antara kehidupan dan kematian, antara dunia fana dan akhirat.
Masyarakat Diberi Kesempatan Melayat
Kraton membuka kesempatan bagi masyarakat umum untuk melayat sebelum prosesi adat ditutup. Ribuan orang datang bergantian untuk memberikan penghormatan. Mereka membawa bunga dan dupa, lalu berdoa di depan Bangsal Parasiya tempat jenazah disemayamkan.
Abdi dalem mengatur barisan dengan tertib agar seluruh warga mendapat kesempatan yang sama. Warga mengaku merasa kehilangan, sebab PB XIII dikenal sebagai tokoh yang berupaya menjaga tradisi kraton di tengah perubahan zaman. Ia dianggap berhasil menjaga keharmonisan antara nilai budaya dan kehidupan modern.
Simbol Perpaduan Antara Tradisi dan Modernitas
Prosesi pemakaman PB XIII memperlihatkan perpaduan indah antara tradisi leluhur dan sistem modern. Meskipun teknologi dan kendaraan modern digunakan, esensi nilai-nilai Jawa tetap dijaga. Setiap doa, gerakan, dan lagu yang dilantunkan memiliki makna mendalam tentang kehidupan, ketulusan, dan keabadian.
Bagi masyarakat Surakarta, peristiwa ini menjadi momen refleksi tentang pentingnya melestarikan budaya. Kraton bukan sekadar bangunan bersejarah, tetapi pusat nilai moral, kesopanan, dan spiritualitas yang terus hidup dalam kehidupan masyarakat Jawa.
Perjalanan Terakhir Sang Raja
Saat iring-iringan bergerak meninggalkan kraton, lonceng dan gamelan berbunyi pelan. Suaranya menciptakan suasana haru yang sulit diungkapkan dengan kata-kata. Warga melambaikan tangan sebagai tanda perpisahan terakhir kepada sosok raja yang mereka cintai.
Bagi banyak orang, kepergian PB XIII bukan akhir, tetapi awal perjalanan abadi menuju tempat para leluhur. Iring-iringan ini bukan hanya ritual pemakaman, melainkan simbol penghormatan tertinggi bagi seorang pemimpin yang hidupnya didedikasikan untuk budaya, tradisi, dan rakyatnya.

Cek Juga Artikel Dari Platform radarbandung.web.id
