Wisuda Bermakna, UMS Padukan Capaian Akademik dan Solidaritas Kemanusiaan untuk Sumatera
beritagram.web.id Prosesi wisuda lazimnya identik dengan kebanggaan, senyum haru, dan rasa lega setelah menuntaskan perjalanan akademik yang panjang. Namun, suasana berbeda terasa dalam upacara wisuda yang digelar oleh Universitas Muhammadiyah Surakarta. Momentum kelulusan tidak hanya dimaknai sebagai puncak pencapaian intelektual para mahasiswa, melainkan juga sebagai ruang refleksi bersama atas kondisi sosial yang tengah dihadapi bangsa.
Di tengah suasana khidmat, perhatian sivitas akademika UMS tertuju pada bencana banjir yang melanda sejumlah wilayah di Sumatera. Peristiwa tersebut menjadi pengingat bahwa keberhasilan pribadi tidak dapat dilepaskan dari realitas sosial yang ada di sekitar. Oleh karena itu, wisuda ini dirancang sebagai pertemuan antara syukur akademik dan empati kemanusiaan.
Ajakan Empati dari Pimpinan Universitas
Dalam sambutannya, Rektor UMS Harun Joko Prayitno mengajak seluruh hadirin untuk menjadikan momen wisuda sebagai sarana menumbuhkan kepekaan sosial. Ia menegaskan bahwa ilmu pengetahuan tidak berhenti pada gelar akademik, tetapi harus diwujudkan dalam kepedulian terhadap sesama.
Menurutnya, keberhasilan pendidikan tinggi sejati terletak pada kemampuan lulusannya untuk merespons persoalan kemanusiaan dengan hati nurani dan tindakan nyata. Doa yang dipanjatkan bersama dalam wisuda tersebut bukan sekadar simbol, melainkan bentuk kesadaran kolektif bahwa duka saudara sebangsa adalah duka bersama.
Doa dan Solidaritas untuk Korban Banjir
Wilayah Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat menjadi fokus perhatian dalam doa bersama yang dipanjatkan. Ribuan wisudawan, dosen, orang tua, serta tamu undangan menundukkan kepala, menyatukan harapan agar masyarakat terdampak bencana diberi kekuatan dan keselamatan.
Doa tersebut menjadi simbol solidaritas lintas wilayah dan latar belakang. Di ruang akademik itu, perbedaan fakultas, disiplin ilmu, dan jenjang pendidikan seolah melebur dalam satu rasa kemanusiaan yang sama. UMS ingin menunjukkan bahwa perguruan tinggi bukanlah menara gading yang terpisah dari realitas sosial.
Wisuda sebagai Titik Awal Pengabdian
Bagi para wisudawan, momen ini menjadi penanda transisi penting. Mereka tidak hanya dilepas sebagai sarjana, tetapi juga dipanggil untuk mengambil peran aktif di tengah masyarakat. Rektor UMS menekankan bahwa gelar akademik membawa tanggung jawab moral untuk berkontribusi dalam menyelesaikan persoalan bangsa, termasuk saat terjadi bencana alam.
Lulusan diharapkan mampu menjadi agen perubahan yang tidak hanya cakap secara intelektual, tetapi juga peka secara sosial. Nilai-nilai empati, gotong royong, dan kepedulian yang ditanamkan dalam wisuda tersebut diharapkan terus hidup dalam langkah para alumni di berbagai bidang profesi.
Aksi Nyata Melengkapi Doa
Selain doa bersama, wisuda ini juga menjadi pintu masuk bagi berbagai inisiatif kemanusiaan. Sivitas akademika UMS mendorong penggalangan bantuan dan dukungan nyata bagi korban banjir. Spirit yang dibangun adalah bahwa doa harus berjalan beriringan dengan tindakan konkret, sesuai dengan nilai-nilai keislaman dan kemuhammadiyahan yang menjadi landasan universitas.
Mahasiswa dan alumni diajak untuk terlibat dalam aksi sosial, baik melalui donasi, relawan, maupun kontribusi keahlian sesuai bidang masing-masing. Dengan cara ini, wisuda tidak berhenti sebagai seremoni, tetapi berlanjut menjadi gerakan kepedulian yang berkesinambungan.
Pendidikan yang Berakar pada Nilai Kemanusiaan
UMS memandang pendidikan tinggi sebagai proses pembentukan manusia seutuhnya. Keberhasilan akademik harus diiringi dengan pembentukan karakter dan kesadaran sosial. Wisuda yang disatukan dengan doa dan aksi kemanusiaan menjadi cerminan filosofi tersebut.
Melalui pendekatan ini, universitas ingin menegaskan bahwa kampus memiliki peran strategis dalam membangun solidaritas nasional. Di tengah tantangan perubahan iklim dan meningkatnya risiko bencana, perguruan tinggi diharapkan menjadi pusat lahirnya gagasan, empati, dan solusi.
Makna Wisuda yang Lebih Luas
Wisuda UMS kali ini meninggalkan pesan mendalam bagi semua yang hadir. Gelar akademik bukanlah akhir perjalanan, melainkan awal pengabdian yang lebih luas. Di balik toga dan ijazah, tersimpan amanah untuk terus belajar, peduli, dan berbagi.
Dengan memadukan capaian akademik dan solidaritas kemanusiaan, UMS menunjukkan bahwa dunia pendidikan dapat menjadi ruang yang relevan dan responsif terhadap persoalan bangsa. Wisuda pun berubah makna, dari sekadar seremoni kelulusan menjadi peristiwa kebudayaan yang menegaskan nilai kemanusiaan, kebersamaan, dan tanggung jawab sosial.

Cek Juga Artikel Dari Platform koronovirus.site
